TAHUN 2006
PKB, Wujud Kecintaan SEKAR pada Karyawan
Kecintaan tak terbatas SEKAR tidak hanya kepada TELKOM, namun juga kepada para anggotanya. Salah satu wujud kecintaan SEKAR pada TELKOM antara lain keberadaannya yang sangat concern terhadap setiap kebijakan yang dapat membawa dampak kerugian bagi perusahaan, sebut saja pengaruh dari regulator, kompetitor, maupun dari pressure group, dan LSM yang acapkali memberikan respon negatif kepada TELKOM. Hal ini memang telah menjadi salah satu perjuangan dan komitmen Sekar yang sudah menjadi wataknya yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Sementara untuk menunjukkan kecintaannya pada Anggotanya diejawantahkan melalui PKB yang didalamnya berisi kesepakatan-kesepakatan antara Manajemen dan SEKAr terkait seluk beluk pelbagai aturan yang sebagian besar menyangkut persoalan kesejahteraan karyawan.
Kecintaan seperti itulah yang antara lain menjadi daya dorong SEKAR untuk bertekad sebagai benteng perusahaan dari pengaruh buruk dari luar serta berupaya kuat melindungi seluruh Anggotanya.
Dalam Mukadimah disebutkan bahwa antara SEKAR dan Manajemen sepakat untuk melaksanakan Hubungan Industrial Pancasila dalam rangka menciptakan hubungan kerja yang serasi, aman, mantap, tenteram, dan dinamis. Selain itu juga sebagai perwujudan ketenangan kerja dan perbaikan kesejahteraan Karyawan, kelangsungan usaha, kepastian hak dan kewajiban masing-masing pihak SEKAR dan Manajemen TELKOM.
SEKAR dan TELKOM wajib untuk saling mendukung dalam upaya pelaksanaan tugas Perusahaan secara jujur, bertanggungjawab, efisien, dan efektif berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kepatutan, kewajaran dan kepentingan umum. SEKAR dan TELKOM sepakat untuk menjadikan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagai pedoman yang mengatur hubungan kerja, sehingga harus dipatuhi dan dilaksanakan secara tepat, benar, dan dapat diuji berdasarkan rasa keadilan, kepatutan, kewajaran, dan kepentingan umum.
Dalam Mukadimah itu pun dinyatakan bahwa SEKAR dan TELKOM sepakat untuk mewujudkan kemitraan yang konstruktif dalam konteks hubungan industrial guna mempertahankan dan memajukan perusahaan serta meningkatkan kesejahteraan karyawan. Serta sepakat untuk melindungi dengan berupaya meningkatkan hak-hak dan kesejahteraan karyawan, dengan memperhatikan kondisi perusahaan sesuai dengan kesepakatan bersama.
Dalam konteks itu maka sudah sepatutnya apabila SEKAR dan Manajemen saling memahami posisinya masing-masing. Tim Manajemen tentu saja telah dibekali semacam rambu-rambu berupa batasan-batasan tertentu. Tentang mana yang bisa dan tidak bisa dikompromikan dan sampai batasan mana kelonggaran yang diberikan. Sebelum masuk ke meja perundingan Tim Manajemen telah bekerja keras bernegosiasi dengan para pihak terkait untuk memenuhi harapan SEKAR. Mengapa mereka melakukan itu? Karena PKB adalah untuk semuanya. Apa artinya? Artinya jangan sampai posisinya terus dipojokkan untuk terus dihadapkan pada dilema. Jika pressure ditumpahakan terus pada Tim Manajemen, boleh jadi ia akan “terpanggang” di tengah-tengah.
Kita tidak berharap perundingan ini menghasilkan “deadlock”, karena jika ini terjadi adalah ironis. Tidak hanya akan merugikan semua pihak karena akan kembali ke pemberlakuan PKB-II, namun juga segala cipta dan rasa, segala daya dan upaya, segala dana dan sumberdaya menjadi sia-sia. Deadlock hanya akan merubuhkan citra kedua tim, karena para anggota Sekar dan seluruh karyawan dengan segala hormat akan “mencibirnya.”
Hari Pertama sengit
Pada hari pertama, perundingan difokuskan pada dua masalah, yakni masalah Tunjangan Retensi dan Tunjangan Faskes. Tunjangan Retensi yakni tunjangan yang diberikan kepada rekan-rekan kita yang bekerja di luar pulau Jawa ini, mendapat pembahasan yang sangat alot. Masalahnya masih ada gap yang cukup lebar. Manajemen hanya mampu memberikan tunjangan pada rekan di luar Pulau Jawa itu sebesar Rp. 600 ribu/karyawan/bulan, namun SEKAR tetap bersikukuh agar tunjangan itu bisa meningkat menjadi Rp. 1 juta.
Hingga tulisan ini diturunkan pada pukul 21.00 waktu Flexi, kesepakatan sementara pada angka Rp.600 ribu sebagai acuan. Hanya masalah muncul kembali terhadap Pulau Bali. Manajemen menganggap Bali masuk ke Pulau Jawa sehingga tidak perlu diberikan tunjangan Retensi. Sementara pihak Sekar menganggap bahwa Bali termasuk luar pulau Jawa dan tidak ada alasan kuat bahwa Bali harus dimasukkan dalam area Pulau Jawa.
Pertentangan muncul tentu saja dari anggota tim DPW-7 Wilayah Timur, melalui salah seorang negosiatornya, Endi Sapto, yang mengatakan bahwa Bali secara Bisnis dan Serikat masuk dalam area Divre VII, lantas mengapa dalam hal ini dibeda-bedakan. “Ini tidak masuk akal dan tidak ada justifikasi kuat untuk itu,” tandas Endi setengah emosi.
Setelah itu dijelaskan oleh Ketua Tim Manajemen, Pandji Darmawan, bahwa Bali merupakan area khusus dengan tingkat pertumbuhan kotanya yang sangat dinamis. Tidak terkecuali jika dilihat secara psikologis, demografis dan kemudahan akses yang dimiliki Bali, sehingga kota wisata dunia ini tak bisa disamakan dengan kondisi wilayah atau kota di luar Jawa lainnya. “Jangan sampai Bali malah dijadikan tujuan karyawan untuk berlomba-lomba bereksodus masuk ke wilayah ini,” tandas Pandji.
Masalah Bali tampaknya akan menjadi agenda pembicaraan lanjutan pada hari kedua. Sementara terkait dengan pemberian Faskes bagi pegawai yang bekerja setelah Nopember tahun 1995 atau Pasca IPO juga akan mendapat bahasan pada hari kedua sampai hari ketiga. Perlu diketahui bahwa sesuai dengan peraturan pasar modal, bagi perusahaan yang telah listing atau go public maka tidak diperkenankan lagi untuk memberikan fasilitas kesehatan seumur hidup. Karena itulah mereka berhak untuk mendapatkan Faskes yang harus dibayarkan setiap tahun.
Usulan tunjangan sebagai best deal tim PKB SEKAR untuk pemberian Faskes adalah minimal Rp. 12 juta termasuk istri/suami dan dua orang anak. Sedangkan kemampuan atau kesanggupan manajemen baru pada taraf Rp. 4,8 juta. Permasalahan ini tampaknya akan menuai debat cukup sengit. Maklum, jurang perbedaan yang masih centang perenang, merentang senjang, mengawang-awang.
PKB yang sejatinya bagai lakon sandiwara, ternyata menyimpan sejumlah beban pada kedua tim yang tak mudah dienyahkan. Duuh! Iiiihh! (na2s/endah/mp-135)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar