Mengenai Saya

SIDOARJO, JAWA TIMUR, Indonesia
Belajar Menjadi "Internal Jurnalism"

Rabu, 08 September 2010

Manager Customer Care SBT : “Menangkan Customer Dulu”


TAHUN 2006

Manager Customer Care SBT : “Menangkan Customer Dulu”

Manager Customer Care TELKOM SBT, Gatot Indra usai menghadiri Workshop Customer Handling pekan kemarin mengatakan, bahwa “Who win customer win the game“. Ungkapan ini sebenarnya pernah disampaikan mantan KADIVRE V, Arief Yahya, dan kini ungkapan tersebut, menginspirasi jajaran TELKOM Surabaya Timur untuk selalu memberikan yang terbaik kepada pelanggan. Hal tersebut terwujud dengan hasil yang dicapai pada tahun 2005 dimana hasil survey pengukuran tingkat kepuasan pelanggan mencapai index CSI 74,5 dimana tahun 2004 sebelumnya indeks kepuasan pelanggan hanya mampu mencapai 62,28, artinya ada peningkatan sebesar 12,22 %. Impian Surabaya Timur Memenangkan Customer menjadi The Best KANDATEL 2006 InsyaAllah tercapai, katanya.

Disamping itu loyalitas pelanggan TELKOM Surabaya timur melalui indeks pengukuran CLI mencapai angka 94 % atau naik sebesar 10,63 %. Untuk ukuran tingkat kepuasan pelanggan di Kota besar atau sebutan kota Metropolis seperti Jakarta, Medan dan Surabaya khusunya hasil yang dicapai termasuk yang terbaik meskipun posisinya masih dibelakang DATEL Jakarta Pusat. Memenangkan pelanggan tentunya diperlukan seni tersendiri dan bagaimana menyiasatinya.

Sebagai market leader, TELKOM berupaya untuk tetap eksis dan mempertahankan posisinya dengan melakukan Turn Arround management melalui 7 butir TAM ( Turn Arround Management ) butir yang pertama adalah berikan yang terbaik untuk pelanggan atau ”Customer first”. Perubahan besar paradigma layanan kepada pelanggan pun berubah dari yang tadinya layanan bersifat ”pasif” atau menunggu kalau ada yang membutuhkan layanan sekarang menjadi ”proaktif” dengan memenuhi ”Need and Want” dari pelanggan begitulah yang sering diungkapkan Badriyanto selaku GM KANDATEL Surabaya Timur kepada jajarannya. Perubahan paradigma inilah yang melandasi struktur organisasi menuju ”Customer Centric” yang semula unit Customer service menjadi Customer Care.

Untuk memuluskan arah Turn Arround management diperlukan komitmen yang kuat dari Senior leader yang seterusnya secara ”cascading” menjalar hingga ”garis depan”petugas layanan yang langsung kontak dengan pelanggan, tak urung petugas ”Sales force ” pun sebagai repersentatif pelayanan dan penjualan produk TELKOM harus memiliki persepsi yang sama.

Saat ini seluruh jajaran Sales force KANDATEL Surabaya Timur setiap harinya diberikan sarapan tentang etika bisnis dan layanan melaui briefing sebelum berangkat ke ”medan pertempuran” seperti halnya yang dilakukan oleh Marnoto selaku komandan Sales & Promotion Fix phone ( POTS dan Flexi ), begitu pula yang dilakukan oleh Arif Setiyawan selaku komandan ”pengekringan ”kepada para mitra Outsourcing .

Salah satu kunci memenangkan pelanggan adalah ”CINTA”, tidak diragukan lagi bahwa CINTA adalah salah satu resep yang manjur untuk meraih pelanggan. ”Menanamkan benih cinta kepada pelanggan harus dihayati betul oleh setiap insan TELKOM bukan hanya kepada jajaran fronliner pelayanan saja, bahkan top leader pun harus memilikinya, hal itu yang disampaikan pada berbagai kesempatan briefing Manajer Customer Care SBT kepada jajarannya. Sejalan dengan program ”Melayani dengan CINTA ” yang telah diluncurkan DIVRE V pada bulan September 2005 menjedi salah satu komitmen Jajaran KANDATEL Surabaya Timur sebagai fundamental aspect yang wajib dimiliki disamping Etika pelayanan, Etika bisnis dan Etika kerja.

Upaya untuk memenangkan pelanggan Jajaran Surabaya Timur di tahun 2006 ini telah menyiapkan 3 ( tiga ) Inisiatif Strategi yang tertuang dalam kontrak manajemen jajaran customer care yaitu : Pertama : Customer Win back. Yaitu upaya untuk meraih kembali pelanggan cabut akibat tunggakan maupun pelanggan yang migrasi atau pindah ,melalui kemudahan dan pena3waran PK ( pasang kembali ) untuk pelanggan cabut akibat tunggakan yang masih dibawah 3 bulan. Kedua : Customer Retention. Yaitu upaya retensi kepada pelanggan loyal serta meningkatkan wallet share pelanggan melalui penawaran khusus kepada pelanggan Prime , WARKOM dan WARNET. Ketiga : Service Quality Improvement. Yaitu memaksimalkan fungsi Unit DOC ( Delivery order Control ) melalui control dan monitoring serta ”early warning” sebelum terjadinya SLG, dan melaksanakan pengendalian keluhan pelanggan melalui sistem monitoring dashboard dan ”Leveling kontrol” yaitu tingkatan kendali percepatan penyelesaian order berdasarkan SLG.

Untuk memuluskan jalan menuju kemenangan tersebut menggunakan ”Milestone” berupa program jangka pendek diantaranya program Employee Customer retention yaitu pelaksanaan ”Customer day” yang dilakukan sebulan 2 (dua ) kali oleh seluruh jajaran pegawai Surabaya Timur, dengan mengunjungi 3 jenis pelanggan yaitu ; pelangan personal, pelanggan ”prime”, dan Pengelola Wartel dan Warnet. Adapun sasaran program ini adalah : a. Peningkatan C3MR . b. meningkatan walletshare untuk Pelanggan prime dan Warkom/warnet.

Menyikapi semakin beratnya tantangan kompetitor yang semakin agresif dalam meraih pelanggan yang dihadapi TELKOM SBT terpacu untuk mencari celah peluang lain melalui inovasi yang akan memberikan value dan image yang sangat kuat bagi TELKOM, sehingga posisi TELKOM sebagai Pemimpin pasar khususnya di Surabaya Timur akan tetap eksis dan diminati oleh pelanggan.

Sebagai pamungkas, Gatot memaparkan, bahwa Strategi ”Blue Ocean” rupanya telah menginspirasi jajaran KANDATEL Surabaya Timur sebagai salah satu upaya yang akan ditempuh agar tetap eksis, yaitu mencari celah peluang dengan memanfaatkan image TELKOM yang sudah bagus dimata pelanggan, dan apa itu ? Ini merupakan salah satu ”milestone” dalam waktu dekat ini kita tunggu tanggal mainnya, kuncinya.

NURSIDIK

Telepon Umum Flexi Perdana Di TELKOM Sidoarjo


TAHUN 2006

Telepon Umum Flexi Perdana Di TELKOM Sidoarjo

Guna meningkatkan layanan kepada para konsumen, maka pada hari Jum’at (30/6) Telkom Sidoarjo memberikan layanan Perdana melalui Produk baru Telpon Umum Flexi yang masih belum dikenal di masyarakat umum khususnya kalangan pelajar.

Uji coba kemarin dilakukan setelah SKJ, dimana Unit Public Phone Telkom Sidoarjo memasang di 3 Lokasi satu unit di Plasa Telkom SDA dan dua unit di SMP Ulul Albab Islamic Full Day School Wilayah Kletek Sepanjang yang mendapat respon dari para Guru dan siswa. Mereka langsung mencoba komunikasi melalui Produk baru Telpon umum FLEXI.

Harapan Unit public phone TELKOM kedepan agar Telkom Sidoarjo bisa mendongkrak pendapatan melalui produk baru Telpon umum flexi trendi (dari evaluasi kami masih terlalu mahal harga kartu perdana flexi oleh masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya).

Pemasangan Telepon Umum Flexi ini sebenarnya tak sekedar untuk meraih target meningkatkan pendapatan, tetapi lebih jauh adalah juga untuk membangun citra (image building) tentang produk Flexi di kalangan pelajar, sehingga mereka mampu mempersepsi produk ini dengan baik dan benar.

NURSIDIK

RUPT TELKOM 2006 Sebut Perjuangan SEKAR TELKOM


TAHUN 2006

RUPT TELKOM 2006 Sebut Perjuangan SEKAR TELKOM

Perjuangan mempertahankan perusahaan, mensejahterakan karyawan, serta kepedulian lingkungan yang dilakukan SEKAR TELKOM ternyata mendapat hati tersendiri dari Direksi TELKOM pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPT) yang dihelat pada hari Jum’at (30/6) di Aula Pangeran Kuningan Gedung Grha Citra Caraka Lantai-1 Jln. Gatot Subroto 52, Jakarta.

Aktivitas SEKAR TELKOM tersebut dimuat dalam Buku Laporan RUPT pada halaman 42, 43 dan 50, dan buku tersebut dibagikan kepada seluruh undangan yang merupakan para pemegang saham. Buku tersebut juga berisi Laporan Keuangan, produk-produk TELKOM, kegiatan Peduli Lingkungan, beberapa keberhasilan TELKOM sehingga meraih Awards dan sejumlah sertifikat internasional, dan lain-lain.

Pada halaman 42 disebutkan, bahwa pada bulan Mei 2000, karyawan TELKOM membentuk serikat pekerja dengan nama Serikat Karyawan TELKOM atau SEKAR. Keanggotaan SEKAR tidak mengikat, dan saat ini terdiri dari berbagai level karyawan, termasuk manajemen dan eksekutif. Sampai akhir 2005 anggota SEKAR mencapai 21.991 orang atau 78,1 % dari seluruh jumlah karyawan TELKOM.

SEKAR memiliki visi memajukan perusahaan dan mendorong upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan. Moto SEKAR adalah komunikasi untuk mencapai solusi terbaik. Pada tahun 2005, SEKAR melakukan beberapa kegiatan berikut : PERTAMA : Program Peduli Aceh ditujukan untuk membantu korban bencana tsunami Aceh, khususnya karyawan TELKOM dan keluargnya.

Masih dalam Buku Laporan RUPT 2006 disebutkan, bahwa SEKAR berhasil mendorong Manajemen untuk melakukan Kesepakatan Bersama untuk melakukan pemotongan gaji karyawan sesuai dengan tingkatan dan hasilnya digunakan untuk membantu korban bencana di Aceh. Bantuan ini sepenuhnya dikelola Manajemen. Kegiatan program peduli Aceh SEKAR lebih terperinci disajikan pada pembahasan Tanggung Jawab Sosial di halaman 66.

KEDUA : Perjuangan mempertahankan Kode Akses SLJJ. Dikatakan, bahwa SEKAR sebagai wadah aspirasi karyawan TELKOM tidak menolak kompetisi bisnis, namun menganggap kebijakan Pemerintah mengenai penerapan kode akses SLJJ berpotensi merugikan TELKOM dan menciptakan kompetisi yang tidak sehat. Infrastruktur dan basis pelanggan TELKOM yang telah dibangun dan dipelihara selama puluhan tahun akan dengan mudah didapat oleh operator telekom lain. Lebih jauh lagi, SEKAR meyakini bahwa kebijakan tersebut juga membuat operator lain enggan membangun basis pelanggan mereka sendiri, sehingga tidak membantu dalam peningkatkan tingkat teledensitas melalui pengembangan jaringan telepon di wilayah-wilayah baru.

NURSIDIK

RUPST, Telkom Tumbuhkan Setiap Lini Bisnisnya

TAHUN 2006

RUPST, Telkom Tumbuhkan Setiap Lini Bisnisnya
Jakarta, 30 Juni 2006 – Meski tantangan yang dihadapi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) di tahun-tahun mendatang akan semakin berat, namun dengan mengerahkan segena potensi yang dimiliki, Telkom tetap akan mampu mempertahankan pertumbuhan yang berkelanjutan di setiap lini bisnisnya.
Keyakinan tersebut disampaikan Direktur Utama Telkom Arwin Rasyid di depan peserta Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Telkom di Jakarta (30/6). Pada tahun 2005, perseroan mencatat pertumbuhan yang mengesankan. Jumlah pelanggan layanan telepon tetap nirkabel (Flexi) meningkat 184% menjadi lebih dari 4 juta pelanggan. Sedangkan jumlah pelanggan seluler (Telkomsel) meningkat 49% menjadi lebih dari 24 juta pelanggan. "Perseroan terus menunjukkan dominasinya dalam pasar layanan telepon tetap dan seluler hingga kwartal pertama dan kwartal kedua tahun 2006," tambah Arwin. Bahkan layanan data dan Internet yang terdiri dari produk TELKOMNet Instan, SMS Telkomsel dan Flexi mampu mencatat pertumbuhan yang cukup signifikan.
Dengan menerapkan teknologi ADSL pada jaringan telepon tetap kabel, sejak Juli 2004 Telkom mampu menyediakan layanan akses Internet pita lebar dengan brand TELKOMSpeedy, sebagai inisiatif untuk memperoleh arus pendapatan baru yang terus berkembang. Jumlah pelanggan TELKOMSpeedy pada akhir tahun 2005 tercatat mencapai 30.662 pelanggan yang tersebar di Jakarta, Surabaya dan Makassar.
"Pada akhir tahun 2006 jumlah pelanggan TELKOMSpeedy diharapkan akan meningkat pesat sejalan dengan rencana peluncuran layanan ini di 20 kota Indonesia sebagai bagian komitmen Telkom untuk memberikan layanan akses broadband kepada masyarakat Indonesia," ujar Arwin.
Selain itu, jasa International Call TELKOM SLI 007 juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2004, baik untuk incoming maupun outgoing international traffic. Untuk incoming international traffic tercatat sebesar 424,8 juta menit dan untuk outgoing sebesar 130,3 juta menit. Produk ini, menurut Arwin, pertama kali diluncurkan Telkom pada tahun 2004, dan pada tahun 2005 mampu menguasai pangsa pasar 44% untuk outgoing traffic dan 35% untuk incoming traffic.
Upaya Telkom memperkuat lini bisnisnya telah mendorong peningkatan pendapatan usaha konsolidasi sebesar 23,2% dari 33,9 triliun pada tahun 2004 menjadi Rp 41,8 triliun pada 2005. Peningkatan pendapatan usaha 2005 terutama dihasilkan dari meningkatnya pendapatan jasa data dan Internet, seluler, serta interkoneksi.
Dibanding tahun 2004, pendapatan data dan Internet meningkat sebesar 2,1 triliun atau 44% dibandingkan tahun 2004 menjadi Rp 6,9 triliun. Pendapatan telepon seluler meningkat Rp 4,2 triliun atau 40% menjadi 14,6 triliun. Pendapatan Interkoneksi Bersih (Net) meningkat sebesar Rp 1,6 triliun atau 25% menjadi Rp 7,7 triliun. Pendapatan Telepon Tetap meningkat Rp 146 miliar atau 1,3% menjadi Rp 10,8 triliun.
Selain peningkatan di sisi pendapatan, tercatat juga peningkatan di sisi beban yang secara konsolidasi mencapai 27% menjadi 24,6 triliun. Meski peningkatan persentase beban lebih tinggi dari pendapatan, namun menurut Arwin, Telkom masih mampu menghasilkan laba bersih usaha konsolidasi 2005 tumbuh sebesar Rp 1,4 triliun atau 21% menjadi Rp 8 triliun. Hal ini, lanjutnya, menyebabkan Telkom masih bisa mempertahankan EBITDA Margin konsolidasi di atas 60% dan termasuk yang tertinggi di kawasan Asia-Pasifik.
Sementara itu, di bagian lain dari pidatonya, Arwin Rasyid menyampaikan beberapa perubahan regulasi yang memiliki dampak langsung terhadap bisnis Telkom. Perubahan regulasi dimaksud meliputi: Pertama, Keputusan Pemerintah di bulan Agustus 2005, yang meminta Telkom untuk memindahkan spektrum frekuensi layanan Flexi dari 1900 MH di wilayah Propinsi DKI Jakarta, Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Banten, ke frekuensi 800 MHz.
Kedua, pada Oktober 2005, Pemerintah memberlakukan kewajiban kepada semua operator untuk mencatat identitas pelanggan prabayar-nya melalui proses registrasi, dan diberi waktu sampai dengan 28 April 2006. "Sampai dengan saat ini, jumlah pelanggan prabayar Flexi dan Telkomsel yang teregistrasi masing-masing telah mencapai lebih dari 97% dan 95%," ungkap Arwin.
Ketiga, proses tender perizinan layanan 3G yang dilakukan Februari 2006 oleh Pemerintah, telah menetapkan Telkomsel sebagai salah satu pemegang lisensi 5 MHz spectrum 3G. Telkomsel diwajibkan membayar up-front fee sebesar Rp 436 miliar, dan frequency fee untuk tahun pertama sebesar Rp 32 miliar yang dibayarkan Maret 2006. Dinyatakan Arwin bahwa Telkomsel telah sukses melakukan uji coba teknologi ini dan akan segera melakukan komersialisasi guna menghadapi persaingan bisnis.
Keempat, berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang Interkoneksi pada bulan Februari 2006, Menkominfo telah menetapkan skema interkoneksi berbasis biaya yang akan menggantikan skema berdasarkan pembagian pendapatan (revenue sharing). Dalam keputusan tersebut, operator dominan diminta untuk mengajukan Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI), yang mencakup aspek teknis, operasi dan ekonomis. Sampai dengan saat ini, menurut Arwin, Telkom masih menunggu keputusan Pemerintah mengenai waktu implementasi sistem interkoneksi berbasis biaya tersebut.
Kelima, Pemerintah telah menunda implementasi kode akses SLJJ sampai dengan 1 April 2010. Penundaan ini disebabkan oleh adanya masukan dari Telkom kepada Pemerintah tentang kesulitan secara teknis, masalah sosialisasi kepada masyarakat, dan besarnya biaya untuk mengimplementasikannya.
Terkait dengan rencana penggunaan laba bersih Telkom 2005, Arwin mengatakan bahwa dalam rangka menjamin pertumbuhan usaha yang berkelanjutan, perseroan telah menetapkan anggaran investasi belanja modal secara konsolidasi (Capex) untuk tahun 2006 sebesar 19 triliun dengan komposisi Rp 6,8 triliun untuk Telkom dan Rp 12 triliun untuk Telkomsel, sedangkan sisanya untuk anak perusahaan lain yang dikonsolidasi.
Khusus untuk Anggaran Investasi Belanja Modal di Perseroan sebesar Rp 6,8 triliun, akan dipergunakan untuk infrastruktur sebesar Rp 4,1 triliun, layanan komersial Rp 2 triliun dan layanan pendukung sebesar Rp 755 miliar. Telkom menurut Arwin saat ini memiliki dana cadangan wajib perseroan mencapai Rp 1,8 triliun atau telah melebihi 20% dari modal yang ditempatkan sebagaimana disyaratkan pasal 61 UU Perseroan Terbatas, karenanya tahun ini Telkom tidak lagi mengalokasikan cadangan wajib.
Menyinggung kegiatan good corporate citizenship, Arwin Rasyid mengatakan Telkom secara konsisten terus menyelenggarakan Program Kemitraan (PK) yang dimulai sejak tahun 2005 dan Program Bina Lingkungan (BL) yang dimulai pada tahun 2003.
Besaran dana PK dan BL yang dikeluarkan selama tahun 2005 berdasarkan RUPST 2005, masing-masing sebesar 1% dan 0,5% dari Laba Bersih tahun buku 2004. Program PK merupakan penyaluran dana kepada Mitra Binaan yang tersebar di seluruh Indonesia sebagai pinjaman modal. Realisasi PK selama 2005 adalah sebesar Rp 119,1 miliar bagi 10.516 mitra binaan, terutama bagi industri rumah tangga sebesar Rp 21 miliar, jasa Rp 41 miliar, dan perdagangan Rp 42 miliar.
Untuk BL, selama 2005 Telkom telah menyalurkan dana sebesar Rp 20 miliar yang ditujukan untuk: bantuan bencana alam, program pendidikan dan latihan (termasuk e-learning program, smart campus dan internet goes to school), program kesehatan masyarakat, pembangunan dan rehabilitasi fasilitas umum, serta bantuan bagi kegiatan keagamaan. Audit terhadap pelaksanaan pengelolaan dana PK dan BL di tahun 2005, demikian Arwin, telah dilaksanakan oleh KAP Zainal Arifin.
INREL/NURSIDIK

Roes Aryawijaya Mendominasi Pertanyaan Pada RUPST 2006


TAHUN 2006

Roes Aryawijaya Mendominasi Pertanyaan Pada RUPST 2006

Karena banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh Roes Aryawijaya, maka KOMUT TELKOM, Tanri Abeng mengatakan sambil berkelakar : “Apakah Bapak masih menguji kami lagi?”, Gerrr…..hadirinpun tertawa. Roes Aryawijaya adalah Deputi Meneg BUMN bidang pertambangan, industri strategis, enerji dan telekomunikasi yang hadir sebagai Kuasa Pemegang Saham Pemerintah terbesar pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, Jum’at (30/6) di Aula Pangeran Kuningan Gedung Grha Citra Caraka Lantai-1 Jln. Gatot Subroto 52, Jakarta.

Memang tak seperti RUPST tahun-tahun sebelumnya pria berambut dan jenggot putih ini selalu hadir dan kali ini melancarkan pertanyaan kepada KOMUT yang selain dijawab oleh KOMUT sendiri, juga dijawab oleh beberapa Direksi. Pertanyaan ada yang berat, tetapi adapula yang ringan, seperti : Apakah Buku Laporan Tahunan sudah dibaca oleh Manajemen, Kenapa CAPEX OPEX naik cukup tajam ARPU menurun, Peningkatan Biaya SDM, Keterlambatan multi listing, Berapa Biaya Implementasi COSO SOA sesudah & sebelum ?, Kompetensi SDM terhadap SOA. Progress Share Buyback, Bagaimana pendapat Auditor tentang TELKOM CDC (PUK) ?, Tantiem agar diperhitungkan ulang, dan lain-lain.

Diantara pertanyaan tersebut ada beberapa pertanyaan yang dijawab secara spontan dan ada pula yang harus memeras pikiran, seperti kesiapan SDM terhadap implementasi COSO SOA. Pertanyaan ini selain dijawab oleh DIRKUG, juga oleh DIRUT. Kemudian mengalami tarik ulur atau tawar menawar cukup memakan waktu lama saat ke pertanyaan soal Tantiem, ini menunjukkan bahwa RUPST kali ini memang transparan dan demokratis.

RUPST yang dihadiri pula oleh para mantan DIRUT PT. TELKOM ini berjalan lancar hingga pada Agenda ke-7 yang tidak ada penggantian dan penambahan anggota direksi, sehingga susunan selengkapnya Anggota Direksi tidak ada perubahan dan tetap, sebagai berikut:
a. Sdr. Arwin Rasyid sebagai Direktur Utama
b. Sdr. Garuda Sugardo sebagai Wakil Direktur Utama
c. Sdr. Abdul Haris sebagai Direktur Network & Solution
d. Sdr. Guntur Siregar sebagai Direktur Konsumer
e. Sdr. Arief Yahya sebagai Direktur Enterprise & Wholesale
f. Sdr. Rinaldi Firmansyah sebagai Direktur Keuangan
g. Sdr. John Welly sebagai Direktur Sumber Daya Manusia

NURSIDIK

Tim Pro SOA Korporat Walk Through Ke TELKOM SBT

TAHUN 2006

Tim Pro SOA Korporat Walk Through Ke TELKOM SBT
Implementasi REMEDIASI II SBT pada hari Rabu (28/6) ditinjau tim PRO SOA Korporat. Haris Bunyamin sebagi Tim Leader, beserta rombongan menyempatkan kunjungan "Walk Trough" ke DATEL SBT untruk memastikan implementasi Remediasi II SOA dilevel Transaksional pasca audit Remediasi I.

Kunjungan Tim diterima oleh GM SBT Badriyanto, DGM Sujito dan para Senior Leaders, serta para ASMAN terkait. Badriyanto dalam sambutan pembukaan,antara lain menyampaikan presentasi progress implementasi SOA yang diwujudkan berupa roadmap SBT menuju implementasi proses SOA Remediasi II, serta hasil audit oleh IAG untuk Remediasi I yang beberapa waktu lalu disampaikan langsung oleh Ka.RO IAG DIVRE V, Sahardi.

Pada kesempatan tersebut disampaikan beberapa celah proses yang masih perlu kejelasan diantaranya paska transformasi organisasi adalah Bispro Speedy yang masih belum rampung, agar segera dimasukkan dalam catatan Remediasi II.

Haris Bunyamin dalam sambutannya menyampaikan, bahwa masalah ini memang bukan di Divre V saja, tapi juga nasional dan Divre V diakui oleh Haris memang selalu mempunyai inisatif dan responsif dalam setiap proses perubahan terutama implementasi SOA ini, dan percaya dengan modal yang sudah dimilki akan dapat segera menyesuaikan.

Dengan terpilihnya DATEL 1 Trilyun SBT sebagai tujuan "walkthrough" oleh tim SOA bukan merupakan kebetulan namun melihat sisi kesiapan yang telah dimilki untuk mengimplementasikannya. Demikaian Haris mengakhiri sambutannya
Tim berlanjut melakukan walk through diantaranya Siklus pendapatan. Sdr Ardi dari Finance Center melakukan diskusi langsung dengan MAN CC, dilanjutkan keruang MAN ANO Dan ANM.

diksi