
TAHUN 2006
Banyak CURHAT Ke SEKAR, Ketimbang Ke Manajemen DIVRE-V
Kendati DIRUT TELKOM, Arwin Rasyid telah mencanangkan ‘open communication’, agar pengelolaan perusahaan lebih transparan sesuai dengan prinsip-prinsip GCG, namun kenyataannya banyak SDM yang banyak curhat ke SEKAR daripada ke manajemen DIVRE-V. Hal ini nampak jelas ketika terjadi transformasi organisasi awal bulan Mei 2006.
Manajemen DIVRE-V telah membuka diri untuk menerima setiap keluhan pasca transformasi melalui HRCC (Human Resources Care Center), fasilitator karyawan untuk tumbuh bersama. HRCC ini merupakan pusat layanan informasi, konseling dan penanganan keluhan SDM. Kemudian SEKAR DPW-V juga membantu manajemen menampung keluhan dan pengaduan SDM dengan mendirikan POSKO di DIVRE-V dan di DPD DATEL. Nama POSKO SEKAR adalah KOSAD SEKAR (Konsultasi & Advokasi SEKAR), Layanan Anggota SEKAR tanpa rasa takut.
Kedua logo HRCC & KOSAD SEKAR dalam bentuk Standing Banner berdiri tegak di samping pintu Lift lantai-I Kantor DIVRE-V Jln. Ketintang 156, Surabaya. Sementara itu data-data yang berhasil dihimpun dari Sekretariat SEKAR TELKOM DPW-V ternyata total keluhan ke manajemen DIVRE-V terutama pasca transformasi organisasi terdapat 3 orang / SDM yang mengadu ke HRCC, sedangkan yang mengeluh ke KOSAD SEKAR TELKOM berjumlah 185 SDM. Data ini didominasi oleh KANDATEL SBT sebanyak 136 SDM yang mengadu.
Gejala apakah ini ? Apakah mereka masih merasa phobi atau dihantui rasa takut pada zamannya KORPRI masa lalu dengan segala indoktrinasinya, sehingga takut curhat ke manajemen, atau sebab lain yang kita tidak tahu ? Disini sebenarnya dapat dijadikan titik awal bagi manajemen untuk mengevaluasi diri, apakah pelayanan kepada SDM sudah sesuai prosedur, sudah baik atau belum. Apakah masih ada sisa-sisa arogansi masa lalu, yaitu masa KORPRI atau sudah NOL BESAR ?
Kalau kinerja DIVRE-V ingin terdongkrak, maka pola-pola ”primitif/konvensional & otoriter” dalam pengelolaan SDM harus segera ditinggalkan. Organisasi secanggih apapun, kalau tidak berpihak kepada karyawan, maka tak akan efektif. Mulailah mengelolah SDM secara fair. Kalau hal ini tidak dilakukan, maka sama halnya ingin menenggelamkan DIVRE-V. Padahal disisi lain ganasnya kompetisi sudah semakin menggila. Manuver-manuver kompetitor terkadang sulit terdeteksi.
Ditengah-tengah ”crisis” atas hasil transformasi organisasi DIVRE-V, tiba-tiba menggelegar berita, bahwa dalam rangka sukses transformasi organsisasi manajemen akan menggelar Rapat di Batam pada hari Jum’at, 12 Mei 2006, bukankah di Surabaya banyak tempat yang memungkinkan dengan GOOD COST bukan BAD COST atau UGLY COST ? Nampaknya rekan-rekan SEKAR tidak dapat mentolerir lagi masalah ini, dimana ”Sense Of Crisis” manajemen kita ?
NURSIDIK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar