Mengenai Saya

SIDOARJO, JAWA TIMUR, Indonesia
Belajar Menjadi "Internal Jurnalism"

Senin, 12 Juli 2010

SEKAR Sosialisasi “Tolak Kode Akses” Di Forum RAKORDIV JATIM


TAHUN 2005

FORUM STRATEGIS.
Setelah SEKAR DPW05 roadshow sosialisasi menolak kode akses SLJJ ke seluruh DATEL se DIVRE-V JATIM, kini tiba giliran melakukan internalisasi ke Manajemen, yaitu ke forum RAKORDIV-05 JATIM yang merupakan forum strategis manajemen, Selasa (3/5) di KANCATEL Sumenep, Madura. Sebagai pembawa materi atau Presenter adalah Handoyo (SEKAR SBT), Sambutan pembuka adalah Budhi Prasetyo (Ketua DPW05).

MEYAKINKAN.
Dikatakan forum strategis, sebab Rakordiv ini dihadiri para Senior Leader atau “Manajemen Lengkap”, yaitu Kadivre, Deputy Kadiv, para SM, para GM dan para Manager Catel se JATIM. Alhamdulillah, SEKAR berhasil meyakinkan manajemen DIVRE-V untuk menolak implementasi Kode Akses SLJJ yang sebenarnya merupakan “perampokan” oleh SINGOSAT. Manajemen ikut meneriakkan Yel SEKAR, yaitu SEKAR-TELKOM…!!! KOMPETISI-YES…!!! KODE AKSES-NO…!!!!

IBARAT TSUNAMI.
Dalam internalisasi ke manajemen, SEKAR mengilustrasikan kejadian Gelombang Tsunami di Aceh & Sumut sambil menampilkan foto dari udara melalui satelit, dimana sebelum terjadi Tsunami kondisi Aceh/Sumut begitu indah, penduduknya hidup mencari nafkah dengan tenang, termasuk para nelayan mencari ikan dengan tenang, kemudian ditampilkan foto pasca tsunami yang hancur porak poranda. Kalau SINGOSAT berhasil “merampok dan menjarah” TELKOM, maka kondisi sebelum dan sesudah akan mirip dengan gelombang tsunami tersebut. Maka tak ada kata lain “LAWAN”, dengan sebuah Warning :“SAVE TELKOM NOW!!!”.

TEKNIS.
SEKAR menyampaikan, bahwa wilayah perampokan ada di 5 kota “gemuk” Indonesia, malah belakangan SINGOSAT lebih rakus lagi minta 6 kota, yaitu ditambah dengan Balikpapan. Karena forumnya sangat strategis, maka SEKAR menjelaskannya berbeda dengan sosialisasi di seluruh Datel. Di forum strategis ini, SEKAR menyampaikan lebih teknis, menyangkut skema teknis Hubungan SLJJ yang diinginkan “KM maut”, yaitu KM 28/2004 serta dampak-dampaknya.

Beberapa dampak yang disampaikan antara lain : masalah 9 juta basis kastemer yang kita bangun, Potencial Revenue Lost (AT & T dalam 3 bulan terjadi Lost 30%, akhirnya TEWAS), Pembebanan biaya fasilitas telekomunikasi kepada masyarakat. Kemudian Potensi keresahan sosial akibat : Perubahan identitas pelanggan yang membutuhkan biaya.; Keharusan merubah perilaku menggunakan telepon. Terhambatnya pembangunan infrastruktur telekomunikasi di daerah-daerah tertinggal. Pelanggan harus berurusan dengan lebih dari satu operator saat mengalami masalah/komplain, dll.

Dampak terhadap Negara juga disampaikan oleh SEKAR, yaitu : Potensi monopoli bisnis telekomunikasi oleh asing (Isat 42%, Telkomsel 35%, 100% PSTN Indonesia Timur s.d. 2010) ; Opportunity Loss bagi Telkom serta potensi menurunnya kontribusi Telkom terhadap Negara (e.g. APBN). Indonesia harus menjaga keberadaan Flag Carrier di bidang telekomunikasi yang saat ini dipegang oleh Telkom (seperti di Inggris/BT, Jepang/NTT, Belanda/PTT, Perancis/FT, dll). Inefisiensi bagi Negara, karena sesungguhnya kebijakan ini: (1) tidak memperhitungkan prioritas; (2) tidak menyentuh kebutuhan riil yang muncul di Masyarakat.

Sejarah perjalanan Regulasi juga dipaparkan. Kalau asing sudah merampok dan memonopoli sektor telekomunikasi Indonesia, maka apa Visi To Become A LEADING INFOCOM Player In The Region masih relevan, sebab sudah 52 % sudah dikuasai Asing, yaitu SINGOSAT dibawah bendera TEMASEK HOLDING ? Ada apa dan kenapa selama ini hanya SINGOSAT yang selalu dianakemaskan dengan berbagai fasilitas, sedangkan TELKOM selalu dilarang dan nggak boleh begini dan begitu ? Hal ini yang menjadi pertanyaan besar SEKAR dan kita semua.

Diakhir session, SEKAR mohon izin KADIVRE untuk mengumpulkan “dana-perjuangan” secara spontanitas dari para Senior Leader peserta RAKORDIV, dan Alhamdulilah diizinkan. Semoga bemanfaat bagi perjuangan membela TELKOM & MERAH PUTIH.  NURSIDIK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar